Peserta worksop antusias bertanya pada sesi diskusi

Semarang│ (28/8/2018) Menulis merupakan hal yang lahir karena proses pembiasaan. Budaya untuk menulis di kalangan pengajar baik guru dan dosen masih tergolong rendah. Walaupun saat ini berbagai pihak terus mendorong minat menulis bagi pengajar, banyak kalangan pegajar  yang mengalami kesulitan untuk menuangkan pemikirannya menjadi sebuah tulisan yang baik dan menarik untuk dibaca. Menulis juga masih belum menjadi budaya dikalangan civitas akademika. Merujuk pada hal tersebut maka Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus) mengadakan “Workshop penulisan buku referensi bagi guru dan dosen” pada Selasa (28/8/2018). Acara berlangsung di Aula NRC Kampus terpadu Unimus di ikuti oleh 40 peserta terdiri dari guru SMA negeri dan swasta di kota Semarang, juga beberapa dosen FE Unimus.

Dikemukakan oleh Dekan FE Unimus Dr. Hardi Winoto, M.Si, buku referensi adalah salah satu buku dengan konsumen yang tinggi sehingga menjadi peluang yang baik bagi guru dan dosen untuk membagi ilmu dan mendapatkan tambahan nilai ekonomi melalui buku yang di tulisnya. “Melalui workshop ini nantinya para akademisi di tingkat sekolah dan universitas dapat memberikan andil di dunia pendidikan dengan cara menerbitkan buku ajar dan buku referensi. Ini dilakukan dengan harapan dunia literasi di sekolah dan di kampus semakin berkembang” papar Dr. Hardi. “Bagi pengajar dapat meningkatan nilai kredit dalam kenaikan pangkat fungsional baik dosen maupun guru dengan menjadikan buku ajar/modul menjadi buku referensi yang ber-ISBN” tambahnya.

Dr. Hardi Winoto memaparkan materi di depan peserta workshop penulisan buku referensi bagi guru dan dosen

Menghadirkan pembicara Dr. Hardi Winoto dan Dr. Eny Winaryati Dekan FMIPA Unimus, berlangsung sangat interkatif. Peserta merasa perlu untuk mendapatkan pelatihan dan informasi trik and tips menulis juga menerbitkan buku.  Pemaparan  pertama Dr. Hardi Winoto menyampaikan materi terkait cara mengembangkan gagasan dalam penulisan buku ajar juga menjelaskan kriteria buku referensi yang baik. Beliau yang juga Dekan FE Unimus ini terlihat menggebu-gebu untuk memberikan materi tersebut. Antusiasme dari para peserta juga terlihat tinggi.  “Sudah saatnya guru dan dosen Indonesia melahirkan teori dan dituangkan dalam karya salah satunya buku referansi. Dengan demikian wawasan peserta didik ataupun siapapun yang membacanya akan lebih terbuka dengan penjelasan berbagai sumber, baik dalam maupun luar negeri,”tutup Dr. Hardi.

 

Reportase UPT Humas dan Protokoler

Loading

Leave a Reply