Semarang | 6 November 2020, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Muhammadiyah Semarang (FMIPA UNIMUS) gelar pelepasan Wisudawan / Wisudawati periode Wisuda ke – 33. diikuti oleh 60 peserta wisudawan yang terdirti dari 41 Wisudawan dari Program Studi S1 Statisika, 13 Wisudawan dari Prodi Pendidikan Matematika, dan 6 Wisudawan dari Pendidikan Kimia, dan dihadiri oleh Ketua Senat sekaligus Dekan (Dr. Eny WInaryati, M.Pd) beserta anggota Senat yang terdiri dari Ketua Program Studi (KaProdi) S1 Statistika, S1 Pendiidkan Matematika dan S1 Pendidikan Kimia, disaksikan Dosen serta Sivitas Akademika di lingkungan FMIPA Unimus dan tamu undangan.

Wisuda tidak hanya dimaknai sebagai tanda seorang mahasiswa telah lulus dari pendidikan perguruan tinggi, namun juga menjadi lembaran baru dalam menyongsong dunia kerja di dalam masyarakat. Hal tersebut ditandai dengan pemindahan tali pada topi toga, dari sebelah kiri ke kanan. Ini diibaratkan sebagai otak. Awalnya di sebelah kiri karena pada saat kuliah, mahasiswa menggunakan otak kiri yang berhubungan materi, bahasa, dan juga hafalan.
“Ketika wisuda, tali dipindah ke kanan dengan harapan sarjana lebih menggunakan otak kanan yang berhubungan dengan daya imajinasi, kreativitas dan juga inovasi. Hal ini diharapkan bisa bekerja atau membuka lapangan pekerjaan untuk dirinya sendiri dan orang lain dengan bekal kreativitas, imajinasi dan juga inovasi,” papar Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus), Dr. Eny Winaryati, M.Pd , dalam pelepasan wisudawan ke 33 FMIPA Unimus di Aula RSGM Unimus Semarang, Jumat (6/11/2020).
Dalam kesempatan tersebut, Eny menambahkan, pelepasan wisuda tersebut tidak hanya sekedar seremoni, namun juga dimanfaatkan untuk menyerahkan transkip nilai kepada para wisudawan.
“Jika pada wisuda universitas yang diserahkan berupa ijazah, maka pada pelepasan ini, kita serahkan transkip nilai kepada para masing-masing mahasiswa,” terangnya.
Disatu sisi, berbeda dengan wisuda universitas yang digelar secara daring, dalam kegiatan ini, pelepasan wisuda dilaksanakan secara tatap muka, dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Termasuk kewajiban memakai masker, hingga menjaga jarak.
“Ini juga memberikan kesempatan bagi mahasiswa, untuk bisa merasakan langsung seperti apa proses wisuda, jika pada kesempatan sebelumnya dilaksanakan secara daring. Meski tidak semua bisa mengikuti, karena ada wisudawan yang posisi sekarang ini masih berada di luar Jawa atau berhalangan hadir,” terangnya.
Namun terlepas dari pelaksanaan wisuda secara daring atau tatap muka, keduanya tetap mempunyai nilai yang sama, sebagai wujud syukur atas keberhasilan mahasiswa dalam menyelesaikan pendidikan dan bersiap menghadapi tantangan selanjutnya, dalam dunia kerja dan bermasyarakat.

Reportase Kehumasan Unimus

Loading

Leave a Reply