Kepemimpinan bukan hanya tentang bagaimana seseorang mengarahkan lembaga, tetapi juga tentang bagaimana ia menghadirkan dirinya secara utuh, menyatu dengan visi, nilai, dan denyut kehidupan komunitas yang dipimpinnya. Dalam konteks Universitas Muhammadiyah Semarang (UNIMUS), Prof. Dr. Masrukhi, M.Pd. menampilkan corak kepemimpinan yang tidak sekadar administratif, tetapi mengalir dalam relasi kemanusiaan, spiritualitas, dan pemberdayaan kolektif. Gaya kepemimpinan ini selaras dengan apa yang dikenal sebagai Filosofi Tennes, sebuah pendekatan kepemimpinan yang menekankan kesalingterhubungan, kehadiran otentik, dan kesadaran kolektif.

Apa Itu Filosofi Tennes?

Filosofi Tennes bukan sebuah teori akademik baku, melainkan adaptasi sebuah permainan olah raga, yang membutuhkan keterpaduan strategi, ketahanan, ketepatan, dan perjuangan hingga peluit akhir. Dalam penerapannya mengandung pandangan hidup dan kepemimpinan yang menekankan keterhubungan holistik antara visi, tim yang kompak, tujuan bersama, juga nilai-nilai kerja yang smart. Tennes merepresentasikan:

(TENNES)
*T* transparansi dalam hubungan

*E* : empati terhadap semua

*N* : nilai luhur sebagai fondasi keputusan

*N* : niat yang tulus untuk melayani

*E* : energi positif dalam memimpin

*S* : spiritualitas sebagai sumber inspirasi

Filosofi ini mengajak pemimpin untuk hadir secara utuh (body, mind, and soul) dalam kepemimpinannya. Ia tidak terjebak pada birokrasi atau formalitas, tetapi menjadi bagian yang menyatu dengan denyut kehidupan komunitasnya.

_Kepemimpinan Menyatu ala Prof. Masrukhi_

Sebagai rektor UNIMUS, Prof. Masrukhi telah menunjukkan bahwa kepemimpinan tidak melulu soal manajemen, tetapi tentang menyatu dalam visi kelembagaan dan menjadi teladan dalam nilai. Beberapa karakteristik kepemimpinan beliau yang selaras dengan Filosofi Tennes antara lain:

Kehadiran yang Otentik

Prof. Masrukhi hadir tidak hanya sebagai pemimpin formal, tetapi juga sebagai figur akademik dan spiritual yang dekat dengan dosen, mahasiswa, dan tenaga kependidikan. Ia tegas tapi merangkul, Ia hadir dalam forum-forum ilmiah, kegiatan kemahasiswaan, hingga dialog keagamaan dengan konsistensi nilai dan keteladanan moral.

Membangun sumberdaya

Perkembangan SDM dan pembangunan fisik, ya jiwanya, ya hatinya, ya fikirannya harus semua diiisi dengan seimbang. Tumbuhnya Unimus dengan hadirnya gedung gedung yang mempesona menjadikan Unimus sebagai universitas yang terpandang dan unggul di kancah Nasional

Kolaborasi dan Pemberdayaan

Di bawah kepemimpinan beliau, UNIMUS tumbuh sebagai kampus inklusif dan kolaboratif. Kepemimpinan beliau memberi ruang partisipasi luas, baik bagi sivitas akademika maupun mitra luar kampus. Ini mencerminkan pendekatan kepemimpinan jejaring, dimana pemimpin menyatu dalam ekosistem, bukan hanya mengontrol dari atas.

Nilai-nilai Islam Berkemajuan

Sebagai bagian dari keluarga besar Muhammadiyah, Prof. Masrukhi memimpin dengan menjunjung tinggi nilai-nilai Islam berkemajuan. Nilai ini tampak dalam semangat integritas, keadilan, inovasi, dan pelayanan kepada umat, yang menjadi roh dari setiap kebijakan dan gerakan akademik di UNIMUS.

Kepemimpinan Spiritual

Prof. Masrukhi tidak hanya berbicara dalam bahasa administratif atau akademik, tetapi juga dalam bahasa nilai dan makna. Ia menunjukkan bahwa pemimpin adalah pemelihara nilai, yang menjaga akhlak organisasi tetap hidup dan tumbuh.

Keteladanan yang Hidup

Filosofi Tennes dan kepemimpinan menyatu tidak lagi menjadi konsep abstrak ketika kita menyaksikan sosok seperti Prof. Dr. Masrukhi, M.Pd. mempraktikkannya secara nyata di UNIMUS. Beliau bukan hanya pemegang mandat jabatan, tetapi penjaga nilai, pembangun ekosistem kolaboratif, dan pembimbing spiritual dalam konteks pendidikan tinggi.

Di tengah tantangan dunia pendidikan yang semakin kompleks, sosok pemimpin seperti beliau menjadi cermin bahwa kepemimpinan tidak harus keras untuk tegas, dan tidak harus jauh untuk dihormati. Justru dengan menyatu, mendengar, dan melayani, kepemimpinan menjadi sumber kekuatan transformatif.

Ditulis dalam rangka Milad Unimus ke 26.
Oleh:
Muhammad Yusuf, PhD
Wakil Rektor IV Bidang Kerjasama dan Perencanaan Pengembangan UNIMUS

Loading