Semarang  Ι (11/06/2020) Merebaknya pandemi Covid-19 di Indonesia berdampak terhadap semua sektor mulai dari ekonomi, pendidikan, sosial, budaya juga terhadap kesehatan termasuk diantaranya kesehatan reproduksi perempuan. Layanan kesehatan reproduksi bagi perempuan dan ibu hamil mengalami perubahan sebagai dari social dan physical distancing. Prihatin terhadap permasalah ini, Empat Program Studi Keperawatan di Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan (Fikkes) Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus) adakan seminar online (webinar) membahas permasalahan tersebut. Mengangkat tema “Kesehatan Reproduksi pada Ibu Hamil dan Menyusui di Masa Pandemi Covid-19” webinar di laksanakan Kamis (11/06/2020) dari aula gedung Nursing Research Center (NRC) Unimus.

Webinar keperawatan sesi 3 ini menghadirkan keynote speaker Prof. Dr. Yati Afiyanti, S.Kp., M.N. (Guru Besar Keperawatan Maternitas Universitas Indonesia) memaparkan materi bertajuk “Pendekatan Keperawatan Komprehensif dalam Kesehatan Reproduksi Perempuan di Masa Pandemi Covid-19”. Sesi panel diskusi menghadirkan dua dosen pakar keperawatan materintas yaitu. Sesi pertama menhadirkan narasumber Dr. Ns. Sri Rejeki, M.Kep., Sp.Kep.Mat.  (Dosen Keperawatan Unimus, Praktisi Keperawatan Maternitas dan Konselor Nyeri Persalinan) memaparkan materi “Kehamilan dan Persalinan di Masa Pandemi Covid-19”. Sedangkan pemateri sesi 2 adalah Ns. Nikmatul Khayati, M.Kep (Dosen Keperawatan Unimus, Konselor Laktasi dan Terapis Pijat Laktasi) memaparkan topik “Breastfeeding pada Masa Pandemi Covid-19”. Dimoderatori oleh Ns. Erna Sulistyowati, M.Kep webinar yang berlangsung 2,5 jam ini diikuti secara online  oleh tak kurang dari 4000 peserta dari berbagai wilayah dalam dan luar negeri.

Disampaikan oleh Prof. Dr. Yati Afiyanti bahwa perempuan adalah kelompok yang beresiko. “Perempuan sebagai kelompok beresiko diantaranya sebagai second citizen in the word, tabu membicarakan dirinya, banyak mengalami diskriminasi sosial budaya dan berisiko mengalami kesakitan dan kematian di masa motherhood” terangnya. Pandemi Covid-19 menambah risiko pada perempuan terkait kondisi kesehatan fisik dan psikisnya, tambahnya. Ditambahkan oleh ketua kolegium Keperawatan Maternitas Indonesia tersebut bahwa pandemi juga mengganggu peran produksi, peran reproduksi dan perannya dalam merawat keluarga.”Tak hanya gangguan peran, kekerasan pada perempuan di masa pandemi juga meningkat, dan itu perlu mendapatkan perhatian serius” tambahnya. Tentunya pelayanan keperawatan komprehensif pada perempuan di masa pandemi sangat diperlukan, termasuk layanan antenatal care, pre natal care, juga new born care. “Layanan komprehensif lainnya yang perlu dioptimalkan dimasa pandemi adalah keluarga berencana, screening kanker servik, aborsi yang aman, pencegahan dan pengendalian penyakit menular seksual juga layanan terhadap korban kekerasan gende ran kekerasan dalam rumah tangga” pungkasnya.

Prof. Dr. Yati Afiyanti Keynote Speaker dari FIK UI

Pada sesi panel diskusi, Dr. Sri Rejeki memaparkan bahwa ibu hamil memiliki risiko penularan Covid-19 lebih tinggi mengingat kelompok Ibu hamil mengalami penurunan kekebalan tubuh Salah satu penyebabnya ialah mereka memiliki imunitas yang rendah karena perubahan hormon selama hamil dan menyusui. Diterangkan oleh Dr. Sri Rejeki bahwa kehamilan seharusnya menjadi masa yang penuh kebahagiaan dan harapan. “Hamil dan melahirkan di tengah pandemi Covid-19, yang terjadi justru kekhawatiran dan kecemasan. Mengingat penularan virus yang tidak bisa diduga, kita menjadi terlalu waspada dan curiga” terangnya. “Tentu kehamilan dan melahirkan yang aman perlu mendapatkan perhatian, artinya protokol kesehatan selama kehamilan dan melahirkan harus dipatuhi dengan baik” pungkasnya.

Dr. Sri Rejeki memaparkan materinya

Sesi terakhir Ns. Nikmatul Khayati memaparkan tentang menyusui aman di masa pandemi. Disampaikan bahwa ibu menyusui juga masuk dalam kategori yang rentan terhadap infeksi virus Corona. Para ibu hamil maupun menyusui perlu mengetahui bagaimana perlindungan yang tepat selama pandemi ini terjadi, tambahnya. “Ibu menyusui terkonfirmasi positif Covid-19 disarakan tidak menyusui secara langsung namun ibu perlu memerah ASInya, dan menyimpan di tempat yang aman baru diberikan pada bayi” tansasnya. “Relaktasi dilakukan jika Ibu sudah sembuh dari Covid-19. Diperlukan juga komitment ibu, dan dukungan sosial pada ibu baik dukungan dari pasangan, keluarga, komunitas atau tenaga kesehatan untuk keberhasila relaktasi dan laktasi”pungkasnya. Webinar keperawatan sesi 3 ditutup dengan diskusi.

Reportase UPT Kehumasan

Loading

Leave a Reply