Semarang | Ribuan mahasiswa baru Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus) kembali mendapat penguatan penting dalam kegiatan Masa Ta’aruf (Masta) 2025 yang berlangsung di Gedung Serba Guna (GSG) kampus, Selasa (9/9/2025). Kali ini, giliran Wakil Rektor I Unimus, Prof. Dr. Budi Santoso, M.Si., Apt., yang memberikan materi sekaligus menyambut hangat kedatangan para mahasiswa baru.

Dalam sambutannya, Prof. Budi menyampaikan selamat datang kepada seluruh mahasiswa baru yang telah resmi bergabung menjadi bagian dari keluarga besar Unimus. Ia menegaskan bahwa Unimus adalah kampus yang unggul dan telah sejajar dengan perguruan tinggi besar lainnya di Indonesia. Oleh karena itu, mahasiswa baru diminta untuk bangga menjadi bagian dari Unimus serta menanggalkan rasa minder dalam menempuh studi.

“Mahasiswa Unimus harus tegap, percaya diri, dan bangga dengan pilihan kampusnya. Unimus memiliki kualitas yang setara dengan kampus besar lain di Indonesia, bahkan terus berkembang dengan ciri khas keunggulannya,” tegas Prof. Budi.

Lebih jauh, Prof. Budi menjelaskan perbedaan mendasar antara pola pendidikan di sekolah menengah dengan di perguruan tinggi. Jika di bangku sekolah proses belajar lebih banyak bersifat satu arah, maka di perguruan tinggi mahasiswa dituntut untuk lebih mandiri.

Mahasiswa tidak hanya bergantung pada dosen, tetapi juga perlu aktif mencari pustaka, mengembangkan literasi, serta memperluas wawasan secara mandiri. “Pendidikan tinggi itu integratif dan kolaboratif. Mahasiswa jangan hanya menunggu dari dosen, tetapi harus aktif menggali ilmu, berkolaborasi, sekaligus memanfaatkan berbagai fasilitas yang sudah disediakan kampus,” ucap Prof. Budi.

Prof. Budi menekankan bahwa Unimus menyediakan lingkungan belajar yang kondusif sesuai dengan tagline “Kampus unggul yang nyaman, menggembirakan, memajukan, memuliakan, dan zero bullying.” Dengan semangat tersebut, mahasiswa didorong untuk belajar secara sehat, produktif, dan tetap berlandaskan etika.

Ia juga mengingatkan pentingnya memanfaatkan teknologi digital dalam menunjang pembelajaran. Dalam era modern, keberadaan Artificial Intelligence (AI), termasuk platform seperti ChatGPT, dapat menjadi sarana belajar. Namun, mahasiswa diingatkan agar tidak sekadar melakukan copy-paste, melainkan mempelajari, memahami, dan mengelaborasi informasi sesuai dengan materi kuliah yang diterima.

Dalam paparannya, Prof. Budi turut memaparkan perbedaan mendasar antara pendidikan vokasi, sarjana, dan profesi. Pendidikan vokasi (Diploma) leboh menitikberatkan pada keterampilan praktis (psikomotorik), namun tetap didukung aspek pengetahuan (kognitif) dan sikap (afektif). Sementara Pendidikan sarjana (S1) lebih berorientasi pada pemahaman konseptual dan teoritis, dengan penekanan pada kemampuan analitis dalam menyelesaikan masalah. Serta Pendidikan profesi ditujukan untuk menghasilkan tenaga profesional dengan keahlian spesifik sesuai bidang keilmuan.

Dengan pemahaman ini, mahasiswa diharapkan dapat menyesuaikan diri dengan jalur pendidikannya masing-masing, sehingga hasil belajar tidak hanya akademis tetapi juga relevan dengan kebutuhan dunia kerja dan masyarakat.

Selain itu pada pemaparannya, Prof. Budi juga memperkenalkan kurikulum terbaru yang kini digunakan baik di Unimus maupun di Perguruan Tinggi lainnya, yakni Kurikulum Kampus Berdampak, sebagai implementasi dari Permendiktisaintek Nomor 39 Tahun 2025 tentang Kampus Merdeka yang lebih diarahkan kepda kampus berdampak.

Kurikulum ini menekankan bahwa setiap kegiatan akademik maupun non-akademik harus menghasilkan produk dan program yang memberi manfaat nyata bagi masyarakat sekitar. Dengan demikian, Tridharma Perguruan Tinggi, yang meliputi pendidikan, penelitian, dan pengabdian Masyarakat, tidak hanya dijalankan sebatas kewajiban formal, tetapi benar-benar menghadirkan kontribusi positif yang bisa dirasakan langsung oleh publik.

“Kampus Berdampak berarti setiap kegiatan tidak boleh berhenti di ruang kelas atau jurnal ilmiah saja. Harus ada manfaat nyata, harus memberi kontribusi untuk masyarakat. Itulah arah baru perguruan tinggi, termasuk di Unimus,” tutur Prof. Budi.

Mengakhiri penguatan, Prof. Budi berharap mahasiswa baru Unimus angkatan 2025 mampu tumbuh sebagai generasi unggul yang berdaya saing tinggi. Mampu berprestasi bukan Cuma dalam bidang akademik, tetapi juga memiliki keterampilan, sikap positif, literasi digital, serta kepedulian sosial.

“Jangan ragu untuk bermimpi besar. Unimus hadir untuk memfasilitasi mahasiswa agar menjadi generasi yang cerdas, mandiri, berakhlak mulia, dan siap berkontribusi nyata bagi bangsa dan negara,” pungkasnya.

Dengan bekal nilai kemandirian belajar, pemanfaatan teknologi yang bijak, serta kurikulum yang berdampak, Unimus optimistis para mahasiswa baru akan menjadi agen perubahan yang mampu menjawab tantangan zaman sekaligus memberi manfaat luas bagi masyarakat.

Reportase Humas Unimus (tri)

Loading