Semarang | Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus) terus membekali mahasiswa barunya dengan berbagai penguatan dalam rangkaian kegiatan Masa Ta’aruf (Masta) 2025. Kali ini, giliran Wakil Rektor III, Dr. Eny Winaryati, M.Pd., yang menyampaikan materi dengan tema “Mengasah Jiwa Kepemimpinan dan Kolaborasi untuk Mewujudkan Mahasiswa Berdaya dan Berkontribusi”.

Dalam pemaparannya, Dr. Eny menekankan bahwa mahasiswa adalah agen perubahan (agent of change) yang harus siap menghadapi berbagai persoalan dan dinamika zaman. Era digitalisasi dan globalisasi, menurutnya, membawa banyak tantangan yang hanya bisa dihadapi dengan penguatan hard skill maupun soft skill.

“Mahasiswa Unimus tidak cukup hanya berprestasi akademik. Kalian juga harus mengasah jiwa kepemimpinan dan kemampuan berkolaborasi. Itulah bekal untuk menjadi generasi yang berdaya dan mampu memberi kontribusi nyata,” ujar Dr. Eny di hadapan ribuan mahasiswa baru.

Untuk menjadi generasi unggul, Dr. Eny menguraikan sembilan sifat penting yang harus dimiliki mahasiswa yakni Komunikasi yang baik dan memiliki keterampilan menyampaikan gagasan secara efektif. kemudian Paham masa depan dan agenda transformasi, kesiapan mental menghadapi perubahan yang kompleks. Mampu membangun Perencanaan dan tawakalallah, kemampuan menyusun visi, langkah konkret, dan menyerahkan hasil pada Tuhan. Lalu memiliki Kesiapan menghadapi situasi tidak pasti,  ketangguhan mental dalam menghadapi masalah. Selalu menerapkan Kinerja yang tinggi, semangat mengisi waktu dengan aktivitas positif.

Kemudian Kemampuan interpersonal  memiliki empati, simpati, dan kepekaan terhadap sesama. Lanjut Berpikir kreatif bisa memanfaatkan teknologi untuk inovasi, bukan untuk hal negatif. Menjadi role model dan mampu memberi teladan dalam ucapan, tindakan, pergaulan, hingga ibadah. Serta Integritas tinggi, berpegang pada kejujuran dan tanggung jawab. “Generasi muda tidak boleh rapuh menghadapi ketidakpastian. Justru dalam situasi sulitlah karakter sejati seorang pemimpin akan terlihat,” tegas Dr. Eny.

Dr. Eny menekankan bahwa pada abad ke-21, kolaborasi lebih penting daripada kompetisi. Menurutnya, kolaborasi lintas ilmu, lintas minat, bahkan lintas generasi akan menghasilkan inovasi, solidaritas, serta kemampuan memecahkan masalah bersama.

“Pemimpin sejati tidak berjalan sendiri, tetapi mampu membangun tim. Kolaborasi yang efektif akan melahirkan kepemimpinan kolektif. Inilah yang kami harapkan dari mahasiswa Unimus,” ungkapnya.

Lebih jauh, Dr. Eny menjelaskan bahwa mahasiswa yang berdaya memiliki ciri khas, punya visi dan inisiatif, kreatif dan inovatif, berani bersuara dan bertindak, serta berilmu dan berwawasan luas. Sementara itu, mahasiswa yang berdaulat adalah mereka yang mampu menentukan arah hidup dan masa depan sendiri, tidak bergantung penuh pada orang lain, dan memiliki daya tawar yang kuat di masyarakat maupun dunia kerja. “Mahasiswa berdaya dan berdaulat akan menjadi generasi yang adaptif, aktif, berintegritas, dan beriman. Itulah yang dibutuhkan bangsa kita ke depan,” jelas Dr. Eny.

Untuk mengasah kepemimpinan dan kolaborasi, Dr. Eny mendorong mahasiswa baru agar aktif mengikuti berbagai program kampus. Mulai dari organisasi mahasiswa, komunitas, kegiatan berbasis proyek (project-based learning), diskusi kritis, kerja tim, hingga kepanitiaan acara.

“Musyawarah adalah kunci dalam kepemimpinan yang demokratis. Dari sinilah mahasiswa akan belajar mendengar, menghargai perbedaan, sekaligus membangun solusi bersama,” katanya.

Mengakhiri materinya, Dr. Eny menegaskan bahwa mahasiswa baru Unimus harus menjadikan kampus sebagai ruang aktualisasi diri. Dengan membangun kepemimpinan, memperkuat kolaborasi, dan menanamkan nilai iman serta integritas, mahasiswa akan tumbuh sebagai generasi yang berdaya, berdaulat, dan siap berkontribusi bagi masyarakat.

Unimus hadir untuk menyiapkan generasi yang bukan hanya sukses secara akademik, tetapi juga bermanfaat bagi lingkungan, bangsa, dan dunia. Jadilah mahasiswa yang berdaya, berdaulat, dan berkontribusi.

Loading