SEMARANGAngka penyakit degeneratif Indonesia tergolong tinggi di tengah masyarakat. Negara Indonesia bahkan masuk 10 besar peringkat dunia dalam jumlah pasien penyakit gula. Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Kesehatan (Fikkes) Unimus Dr Ali Rosidi menyatakan pihaknya memberikan perhatian besar atas kondisi tersebut.

Hal itu disampaikan saat diselenggarakan kuliah pakar secara daring bertemakan “Asuhan Gizi Pada Penyakit Degeneratif (DM Nephropati dan Kanker dengan Kaheksia)”. “Apresiasi diberikan dengan terselenggaranya kuliah pakar oleh prodi gizi Unimus ini,” tuturnya di Kampus Kedungmundu Raya. Kampus perlu memberikan kontribusi penanganan penyakit melalui forum akademi.

Di dalamnya hal semacam ini turut memberikan ruang bagi mahasiswa menerima pencerahan keilmuan. Dosen Universitas Muhammadiyah Profesor HAMKA Jakarta Gunarti Yahya mengakui penderita diabetes di Indonesia jumlahnya meningkat. Kini mencapai 28,6 juta penderita dan masuk peringkat kelima dunia sehingga menjadi tanggung jawab bersama untuk mencegahnya. Digambarkan pula Negara Jepang yang kemungkinan bisa menekan jumlah penderita penyakit degeneratif.

Kondisi ini juga karena masyarakat Negeri Sakura mempertahankan pola hidup sehat menjauhi makanan cepat saji. “Kalau di Indonesia kita terlalu banyak mengadopsi makanan dari luar. Di Jepang justru kebalikannya mempertahankan pola makan tradisi lokal dan menjauhi fast food,” katanya. Sebagai antisipasi kontrol gula darah butuh dilakukan rutin, Pakar ilmu kesehatan Unimus, Dr Sufiati Bintanah, menyatakan penyakit degeneratif merupakan istilah medis untuk menjelaskan kemunduran fungsi sel atau jaringan tubuh.  Kondisi ini muncul berkelanjutan seiring berjalannya waktu, di mana pemicunya adalah perubahan sel yang akhirnya mempengaruhi fungsi organ tubuh. Kerusakan sel tubuh dapat dipengaruhi unsur radikal bebas di dalam makanan.

Loading

Leave a Reply