Semarang | Dalam rangka diadakannya Kegiatan Legislative Fair Of Unimus, Senat Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Semarang menyelenggarakan kegiatan Seminar Nasional dan Training Legislative di Gedung Nursing Research Center (9/05/2018). Dengan mengusung tema “Partisipasi Pemuda Dalam Praktik Politik Era Millenial”, kegiatan tersebut dihadiri oleh ratusan mahasiswa dari berbagai jurusan, himpunan, maupun organisasi mahasiswa. Menghadirkan narasumber dari Staf Ahli Pusat Pengkajian Konstitusi MPR RI, Luluk Nur Hamidah, M.Si, MPA serta Hernowo Budi Luhur selaku Kepala Bagian Kerjasama Sekjen Kota Semarang. Hadir pula dalam Seminar Nasional dan Training Legislative tersebut Wakil Rektor III, Drs. Syamsudi Raharjo, MM., MT., serta pembina SEMA KM Unimus, Nuke Devi Indrawati, SE., S.SiT., M.Kes.

 

Wakil Rektor III, Drs. Syamsudi Raharjo, MM., MT. saat memberikan sambutan

Dalam sambutannya, Syamsudi menyatakan bahwa seminar dan training merupakan kegiatan yang dapat menambah ilmu tentang kenegaraan. “Aktivitas organisasi mahasiswa di perguruan tinggi bagaikan miniatur negara. Karena ada proses berpolitik seperti proses pembuatan aturan atau undang-undang, pembuatan rencana anggaran biaya, dari yang kecil hingga yang besar, semuanya harus disoroti, “ ungkap Wakil Rektor III tersebut.

 

Drs. Syamsudi Raharjo, MM., MT. membuka acara

 

Luluk Nur Hamidah, M.Si, MPA menyampaikan paparan terkait dengan tema acara. Bahwasanya di era digitalisasi ini, generasi millenial adalah pemain utama dalam berbagai sektor, terlebih di bidang politik. “Generasi millenial merupakan populasi yang paling banyak jumlahnya. Lebih dari 34% dari total penduduk Indonesia atau kisaran 83 juta jiwa, didominasi penduduk dengan usia 17-40 tahun. Oleh karena itu, baik Pilgub maupun Pilpres 2019 nanti, pangsa besar pemilih adalah generasi millenial tersebut, “ imbuhnya. Luluk menyatakan bahwa sebagai generasi millenial harus bisa memaknai proses demokrasi (seperti Pilgub atau Pilpres) yang asyik.

 

Suasana saat Seminar Nasional dan Training Legislative berlangsung

 

Artinya, anak-anak muda harus bisa menjadi penggerak untuk jalannya demokrasi. “Contohnya di negara Hongkong, ada seorang anak muda berusia 17 tahun bernama Joshua Wong dengan 300 kawan kawan segerasinya — mahasiswa dan pelajar SMA — menggerakkan jagat perpolitikan Hongkong menuntut Pemerintahan Republik Rakyat Tiongkok untuk membuka kran demokrasi di Hongkong. Salah satunya adalah dengan memberikan hak untuk memilih dan dipilih. Hak untuk berbeda pendapat dalam Pemilihan Gubernur Hongkong secara langsung dan tidak ditentukan oleh Politibiro Partai Komunis Tiongkok. Seorang Pemuda usia 17 tahun sedang berjuang mengubah dunia politik Hogkong, “ paparnya.

 

Luluk Nur Hamidah, M.Si, MPA menyampaikan paparan terkait dengan tema acara

 

Sementara itu, pembicara kedua Hernowo Budi Luhur menjelaskan bahwa sebagai generasi millenial di era modernisasi ini harus memiliki filter informasi. Berbagai berita-berita dan informasi yang berlalu-lalang disebarluaskan melalui media sosial tanpa peduli kebenaran isinya. Apalagi di era modern ini, media sosial bahkan bukan sekedar menjadi kebutuhan tambahan lagi, namun sudah beralih fungsi menjadi suatu kebutuhan primer yang rasa-rasanya sangat sulit untuk ditinggalkan. Saat ini banyak penyebaran berita-berita hoax tidak bertanggung jawab yang dapat diterima dengan mudahnya oleh masyarakat Indonesia. “Dampaknya nanti dapat berpengaruh secara langsung pada pola pemikiran, kondisi mental, emosi, dan bahkan sampai menggoyahkan kebinekaan bangsa karena adanya saling caci maki dan kesalahpahaman di dunia maya, “ jelas Hernowo.

 

Hernowo Budi Luhur saat memberikan penjelasan terkait peran generasi millenial di sektor Politik

 

Lebih lanjut, sasaran utama penyebaran berita hoax ini adalah para generasi muda yang dapat dengan mudahnya mempercayai semua berita dan informasi yang ia dapat tanpa menyaringnya terlebih dahulu. Karena generasi muda atau millenial saat ini adalah mayoritas pengguna media sosial. Padahal kita tahu sendiri bahwa generasi muda adalah calon pemegang tongkat estafet bangsa dimasa mendatang yang akan menjadi penentu arah haluan bangsa dan memiliki peran penting dalam menjaga kebinekaan bangsa Indonesia. “Oleh karenanya, apapun yang terjadi jangan gadaikan idealisme, “ tegasnya.

 

 

Diharapkan setelah adanya kegiatan Seminar Nasional dan Training Legislative, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Semarang dapat memiliki ilmu maupun pandangan berpolitik yang cerdas. Generasi muda perlu berperan dalam politik, karena posisi dan dampak politik begitu luas mengeksploitasi seluruh kebutuhan strategis masyarakat. Termasuk didalamnya, kebutuhan ekonomi hingga stabilitas keamanan, semua kebijakan pemerintah nyaris tak bisa lepas dari domain politik. Kondisi inilah, kemudian mengharuskan pemuda sebagai middle class (kelas menengah) mengambil posisi mengimbangi (blances), agar kecenderungan pemerintah yang abai terhadap kepentingan publik dan menelikung rakyat diluruskan kaum muda. Atas tantangan situasi kekinian yang telah ada dalam praktek politik di Indonesia yang seolah menjadi status quo yang anti kemapanan serta tegas menolak hal-hal yang sifatnya pembaharuan. Perlu mendapat sentuhan serius, disinilah kehadiran pemuda yang dikenal dengan semangat transformatifnya dapat berperan mereduksi kekuatan ‘lama’ gaya berpolitik oligarki, otoriter dan satu arah dipatahkan kaum muda yang idealis, serta berwawasan luas (holistik).

 

Loading