• Post author:
  • Post category:Berita

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

idul_adha1

Sabtu, 4 Oktober 2014 | Unimus-Idul Adha 1435 H. Suara takbir, tahmid, dan tahlil menggema lingkungan Universitas Muhammadiyah Semarang. Suasana sejuk dan damai menyelimuti kesahduan Ilahi. Suasana khidmat dan bersahaja. Perayaan hari besar Islam Idul Adha 1435 H. di hadiri oleh ribuan jamaah dari berbagai kota dan semarang sekitarnya. pada halaman kampus terpadu rektorat Universitas Muhammadiyah Semarang Ketundukan dan kepasrahan totalitas atas penghammbaan kepada Allah. SWT adalah cerminan dan wujud ketaqwaan

Allah SWT telah menginformasikan kepada kita bahwa seluruh umat manusia, dari umat Nabi Adam, umat nabi Idris, nabi Nuh dan seterusnya sampai dengan umat Musa, Isa, dan terakhir umat Muhammad SAW Allah SWT telah mensyari’atkan Qurban, upaya mendekatkan diri kepada Allah dengan penyembelihan binatang, sebagaimana firman yang telah saya bacakan dalam mukaddimah :

اعوذ بالله من الشيطان الرجيم (وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ فَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَلَهُ أَسْلِمُوا وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِينَ [الحج/34]

” Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzkikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah),” (QS Al-Hajj :34).

idul_adha2

Dan kinipun kita dapat saksikan bahwa seluruh agama, apapun namanya, dimanapun, pasti ada syari’at atau ajaran penyembelihan kurban, termasuk agama di masyarakat jawa yang dikenal dengan agama kejawennya bahkan masyarakat yang masih primitifpun pasti ada upacara keagamaan dalam bentuk penyembelihan kurban. Inilah bukti kebenaran firman Allah tersebut. Hanya saja di semuanya itu tidak lagi seperti yang apa yang disyariatkan Allah. Betapa tidak? Pada asalnya syariat Allah tentang kurban dilakukan untuk menyebut-nyebut asma Allah, mensyukuri nakmat-nikmatNya, tetapi mereka jadikan kurban sebagai bentuk media penebusan dosa, media permohonan rejeki dan penjagaan keselamatan untuk tolak bala’ dlsb. Kurban tidak dipersembahkan kepada Allah atau untuk Allah, tetapi dipersembahkan dan ditujukan kepada ruh-ruh leluhur, kepada para danyang dan dedemit. Kesemuanya itu adalah penyimpangan dan penyelewengan dari syari’at Allah bahkan sudah tercerabut dari akarnya yaitu asalnya ibadah kepada Allah, berganti menjadi ibadah kepada selain Allah. Inilah kesyirikan yang sangat dilarang dalam Islam. Namun bagaimanapun kita harus toleran dan biarkan mereka memegangi apa yang mereka yakini.

Setiap Iedul Adlha atau iedul qurban atau yaumun nahr (hari penyembelihan kurban) tentu kita menjadi teringat peristiwa fenomenal dan luar biasa yang mestinya kita ambil hikmah dan kita jadikan teladan. Dengan ibadah kuban ini, di samping Allah menguji sejauh mana ketaqwaan kita kepada Allah, sejauh mana ketundukan kita kepada ketentuan-ketentuan Allah, Allah juga memberikan isyarat dengan penyembelihan binatang itu agar kita juga menyembelih, mengalirkan dan membuang kotoran dari diri kita nafsu-nafsu kebinatangan. Karena nafsu-nafsu kebinatangan inilah yang menjadikan banyaknya manusia  menjadi penghuni neraka jahannam sebagaimana firman Allah dalam surat Al A’raf 179

 

Loading