SEMARANG Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus) lolos sebagai salah satu perguruan tinggi pemenang Hibah Matching Fund (MF) Kedaireka Batch ke-2 tahun 2022 ini.

Hibah yang dimaksudkan sebagai link dan match antara perguruan tinggi (PT) dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI) ini bersifat multidisiplin dan sangat kompetitif. Proyek MF yang didanai berjudul “Pengembangan Inovasi Salep Autolisis dengan Bahan Aktif Enzim Protease Bakteri Laut untuk Penyembuhan Luka”

Tim Pengusul MF Kedaireka Unimus diketuai oleh Dr Stalis Norma Ethica dari S2 Ilmu Laboratorium Klinis (ILK) beranggotakan 4 dosen Unimus Mudyawati Kamaruddin MKes PhD, Dr Amin Samiasih SKp MSi Med, Dr Maya Dian Rahmawatie MSc Apt dan Dr Fatmasari Sukesti MSi serta 1 dosen Universitas Indonesia (UI) Dr dr Rahyussalim SpOT(K).

Kelima insan Dikti tersebut berasal dari 5 prodi yang berbeda, yaitu Ilmu Laboratorium Klinis, Keperawatan, Kedokteran dan Akuntansi. Sedangkan mitra yang terlibat dari dunia usaha dan industri (DUDI) adalah PT Pohon Bidara Medika dan afiliasinya yaitu Klinik WoCare yang diwakili Ns Eviyanti Nurmalasari dan Widasari Sri Gitarja SKp RN MARS MBA. Untuk scale-up produksi enzim, Unimus menggandeng 1 mitra pemerintah BRIN diwakili Dr Dewi Seswita Zilda MSi.

Kepada pers di kampus Unimus Minggu (3/7/2022) ketua tim pengusul Stalis Norma menyatakan rasa syukur dan terima kasih kepada Tim PMO Kedaireka Kemendikbud Ristek yang telah memberikan kesempatan timnya mengikuti kompetisi MF 2022 ini sesuai jadwal. Ia menyampaikan pula rasa terima kasih atas dukungan unsur pimpinan Rektor Prof Dr Masrukhi MPd serta Ketua LPPM Unimus Prof Dr Purnomo MEng sejak awal pengusulan proposal. Sebagaimana diketahui kekuatan tim MF juga sangat ditentukan oleh komitmen pimpinan insan Dikti dan mitra DUDI dalam merealisasikan tujuan yang diusulkan.

Norma menuturkan timnya dapat menyusun proposal hanya dalam waktu 7 hari dan mengajukannya tepat sebelum deadline karena dukungan penuh dari mitra. Walau proposal disusun dalam waktu singkat, projek yang diusulkan sebenarnya telah melalui proses penyiapan kesiapterapan teknologi (TKT) yang cukup lama.

“Kami telah memiliki prototipe berupa enzim bakteri laut hasil pengembangan penelitian dasar yang dilakukan mahasiswa melalui skema pendanaan Hibah Tesis Magister pertama untuk S2 ILK Unimus dari Kemenristek/BRIN tahun 2020. Interaksi dengan mitra telah terjalin pada masa sebelumnya namun belum intensif atau fokus menghasilkan inovasi. Kedaireka memungkinkan sinergi kinerja yang nyata antara PT dan DUDI untuk melakukan hilirisasi produk penelitian agar bermanfaat langsung bagi masyarakat” demikian ungkapnya.

Program Kedaireka ini memungkinkan inovasi berupa pembuatan 6.000 buah salep autolisis untuk debridemen luka dapat diproduksi oleh Tim Unimus-PT PBM-BRIN. Salep debridemen berfungsi untuk melisiskan jaringan mati/nekrosis yang menghambat penyembuhan luka. Proses scale-up enzim akan mengikuti standar GLP sedangkan manufaktur produk salep mengikuti standar GMP. Uji klinis akan dilakukan dengan pengawasan yang melibatkan FK-UI/RSCM. Seluruh proses ini dapat diikuti oleh dosen dan mahasiswa dalam bentuk kegiatan magang dan aktivitas di luar kampus lainnya.

Kaprodi S2 ILK Dr Sri Darmawati secara terpisah mengaku bersyukur dua dosen S2 ILK masuk sebagai ketua dan anggota tim pengusul. Enam dari 8 IKU (Indikator Kinerja Utama) yang dapat dicapai dalam proyek MF ini tentu akan menjadi kontribusi yang penting untuk meningkatkan akreditasi S2 ILK menuju Unggul (saat ini terakreditasi LAMPT-Kes Sangat Baik dengan nilai 339). Pada 2022 ini S2 ILK memasuki tahun ke-5 penerimaan mahasiwa baru. Hingga saat ini S2 atau Magister ILK merupakan satu satunya program strata S2 bidang Ahli Teknologi Laboratorium Medik (ATLM) yang ada di Indonesia.(Sgi)

Loading

Leave a Reply