Semarang │(20/3/2017) Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus) menjadi tuan rumah “Ngobrol Gayeng Soal Semen”bekerjasama dengan Lembaga Hikmah Kebijakan Publik (LHKP) PWM Jawa Tengah. Acara tersebut diselenggarakan guna untuk merembuk bareng tentang masalah Pro-Kontra pembangunan Pabrik Semen Rembang. Acara di moderatori oleh Bp. Wahyu Wibowo dan Bp. Teguh Hadi Prayitno dengan Narasumber Prof. Dr. Sri Suwitri, M.Si (Guru Besar Administrasi UNDIP), Bp. Muh. Ngaimi Richard (Komisi D, DPRD JATENG), Prof. Dr. Hermawan Sulityo (LIPI), dan Ka. Biro Hukum Provinsi Jateng. Acara yang di gelar dengan model talk show ini dilaksanakan jam 09.00-13.30 di Aula Nursing Research Center (NRC) Unimus dihadiri oleh Rektor Unimus (Prof. Dr. Masrukhi, M.Pd), Ka Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah dan Ka Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah, perwakilan Pimpian Daerah Muhammadiyah (PDM) di Jawa Tengah dan perwakilan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas di Kota Semarang.
Ketua LHKP-PWM Jawa Tengah (Khafid Sirotudin., SH., M.Si) dalam sambutannya menyampaikan bahwa LHKP merupakan lembaga baru yang berada di lingkunagn Muhammadiyah, merupakan lembaga yang berhubungan dengan Politik Praktis, yang menempatkan segala sesuatu hal pada prespektif yang proposional. Ketua LHKP-PWM menyebutkan bahwa mengadakan acara Ngobrol Gayeng Soal Semen tersebut bertujuan untuk bisa mendapatkan hasil dari keputusan dengan prespetif yang positif. Rektor Unimus yang juga memberikan sambutan menyampaikan bahwa persoalan pembangunan Pabrik Semen Rembang merupakan permasalah yang terjadi di Jawa Tengah, perlu untuk di sarahsehankan atau di obrolkan terkait dengan putusan yang bersilang pendapat. “Obrolan tentang semen ini tidak membela siapapun untuk menjadi usulan – usulan bagi pengambil keputusan dan kebijakan” kata Rektor Unimus. Kegiatan ini merupakan wujud partisipasi Unimus dalam mendukung kebebasan mimbar akademik dan kebebasan warga negara untuk berpendapat.
Ketua Pimpinan Wilayah Muhamamdiyah Jawa tengah (M. Tafsir., M.Ag) juga menambahkan bahwa dalam setiap pembangunan pasti akan ada dilemma yang berkaitan dengan tata ruang kota dan juga dilemma antara Industrialisasi dan harmonisasi suatu daerah. Dialog ini digagas untuk menunjukkan bahwa Muhammadiyah merupaka lembaga yang kebhinekaan dan saling bertoleransi, dibuktikan bukan hanya secara teori melainkan dengan tindakan yang nyata dengan tujuan menghasilkan hal yang berdampak positif bagi seluruh masyarakat yang berada di Negara Indonesia. Dalam talk show tersebut narasumber mengungkapkan berbagai pendapat dari kajian kebijakan publik, kajian hukum, kajian keilmuan dan kajian sosial. Kegiatan memfasilitasi semua audiens untuk memberikan pendapat-pendapatnya disertai justifikasi dan data-data.