Semarang | Pencegahan Anemia pada remaja putri sangat berkaitan dengan reproduksi remaja karena, remaja putri akan melahirkan anak-anak yang akan menjadi penerus bangsa. Apabila remaja putri masih dalam kondisi anemia maka peluangnya sangat besar untuk melahirkan bayi dengan berat badan yang rendah dan berdampak menjadi stunting apabila tidak dikelola dengan baik pada 1000 hari pertama kehidupan. Dalam rangka rangkaian kegiatan peringatan Hari Gizi Nasional (HGN) ke -60 dengan tema “Gizi Optimal untuk Generasi Milenial” sangat relevan dengan masalah yang sedang dihadapi bangsa saat ini yaitu melawan stunting.
Program Studi (Prodi) Gizi melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat (pengabmas) di SMA Negeri 2 Semarang dalam rangkaian kegiatan HGN dan berkolaborasi dengan Prodi Kebidanan, Keperawatan, teknologi Laboratoium Medis (TLM) dan Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus) pada Sabtu, 8 Februari 2020. “Rangkaian kegiatan pengabmas meliput: edukasi pencegahan anemia pada remaja putri, pengukuran status gizi, pemeriksaan kadar Hb, edukasi tentang reproduksi, pemeriksaan tekanan darah dan konsultasi kesehatan pada dokter” terang ketua tim kegiatan Dr.Sufiati Bintanah, SKM,M.Si. Acara dibuka oleh kepala sekolah yaitu bapak Yuwana, M.Kom dan diikuti oleh 150 siswa-siswi. Dalam sambutannya kepala sekolah menyampaikan bahwa sangat tepat pengabdian masyarakat saat ini karena sesuai dengan kekhawatiran beliau yang melihat pola makan jajanan para siswa dan siswinya yang kurang bergizi sehingga sangat mungkin berdampak pada kesehatannya terutama masalah kurang gizi termasuk anemia. Acara tersebut juga dihadiri oleh Ketua Prodi Gizi Yuliana Noor Setiawati U,S.Gz,M.Sc dan sekretaris Prodi Hapsari Sulistia K,S.Gz,M.Si dan tim dosen gizi Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan (Fikkes) Unimus.
Dikemukakan oleh Dr. Sufiati, hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menemukan adanya kenaikan pada kasus anemia di remaja putri. Tahun 2013, sekitar 37,1% remaja putri mengalami anemia, naik menjadi 48,9% pada tahun 2018. Proporsi anemia terjadi paling besar di kelompok umur 15-24 tahun, dan 25 sampai 34 tahun. “Hal-hal tersebut menguatkan tim Unimus memilih sasaran remaja putri dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini. Remaja putri merupakan calon ibu di masa depan. Anemia bisa membuat perempuan mengalami kurang energi kronis, yang meningkatkan risiko anak lahir dengan berat badan rendah” tembahnya. Dr. Sufi juga menegaskan kesehatan remaja sangat menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan, terutama dalam upaya mencetak kualitas generasi penerus bangsa di masa depan. Remaja yang sehat akan menentukan generasi penerus bangsa yang berkualitas.
Reportase UPT Kehumasan dan Keprotokoleran