Semarang | Perkembangan pesantren di Indonesia semakin pesat, termasuk pondok pesantren Muhammadiyah. Hingga awal 2020 ini jumlah Pesantren Muhammadiyah Jawa Tengah mencapai 140 buah, termasuk data Muhammadiyah Boarding School (MBS) dan pesantren yang dikelola oleh ‘Aisyiyah. Pondok Pesantren Muhammadiyah ini merupakan bentuk gerakan tajdid Muhammadiyah dalam bidang pendidikan. Selama ini, brand pendidikan Muhammadiyah identik dengan pendidikan formal saja. Akan tetapi, seiring perkembangan zaman yang membutuhkan kader-kader ulama yang memiliki kualifikasi menyeluruh (multiside competency) yakni sebagai faqih, muballigh, mujahid, dan mujtahid yang berwawasan luas dan profesional dalam mengemban misi Muhammadiyah. Berdasarkan latar belakang tersebut Panitia Penyelenggara Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah ke-48 bekerjasama dengan Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus) menyelenggarakan Seminar Pra-Muktamar Muhammadiyah 2020, pada Sabtu (14/03/2020) di Aula Gedung Fakultas Kedokteran (FK) Unimus.

Mengusung tema “Pengembangan Pesantren Muhammadiyah Berkemajuan”, acara yang dibuka oleh Prof. Dr. Masrukhi, M.Pd selaku Rektor Unimus tersebut diikuti oleh lebih dari 400 peserta baik dari Pimpinan Cabang hingga Wilayah Muhammadiyah, Kepala SMA Muhammmadiyah / MA/SMK se Jawa Tengah, maupun yang lainnya. Dalam sambutannya, Rektor Unimus menyampaikan bahwa perkembangan Pesantren Muhammadiyah sekarang relatif sudah berkembang dengan baik. “Akan tetapi memang membutuhkan pengembangan-pengembangan yang lebih inovatif agar lebih dapat bersaing dengan pesantren modern lainnya. Pesantren Muhammadiyah diharapkan menjadi sarana lahirnya kader-kader yang memiliki kapasitas keulamaan yang mumpuni yang dapat berdakwah ke penjuru tanah air, “ ungkapnya.

Hadir sebagai Keynote Speaker – Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof. Dr. Haedar Nashir, M.Si serta Dr. Haerudin, M.T (Dekan Fakultas Ekonomi Unimus) sebagai moderatornya. Haedar memaparkan topik mengenai “Pengembangan Pesantren Muhammadiyah Berkemajuan”. Selain menyinggung persoalan Pondok Pesantren Muhammadiyah, pihaknya juga membahas mengenai virus corona Covid – 19 yang saat ini sudah ditetapkan oleh WHO sebagai Pandemi. “Masyarakat dengan tetap seksama tidak perlu panik namun jangan abai, tetap memperkuat daya imun tubuh dan pola hidup agar selalu sehat, harus tetap mengandalkan usaha yang sifatnya medis. Infrastruktur rumah sakit juga harus siaga semua, serta tentu kita secara optimal terus ikhtiar dan berdoa. Muhammadiyah sendiri juga telah mempersiapkan sejumlah rumah sakit PKU Muhammadiyah yang siap untuk bekerjasama dan menangani pasien positif virus corona COVID-19, “ papar Haedar.

Acara tersebut menghadirkan beberapa narasumber di sesi pertama yakni Prof. Dr. Jamhari Ma’aruf MA dengan paparan topik “Peta dan Trend Ideologi Pesantren Nasional dan Global”, Anang Riska Masyhadi, MA dengan topik “Jaringan dan Organisasi Penyelenggara Pesantren di Indonesia”. Dilanjutkan dengan Dr. M. Abdul Fatah Santoso M.Ag sebagai pembicara ketiga dengan topik “Eksistensi dan Model Pesantren Muhammadiyah” serta Dr. Anwar Sutoyo, M.Pd sebagai Best Practice. Acara dilanjutkan dengan sesi kedua mengenai Arah Pengembangan Pesantren Muhammadiyah Berkemajuan. Adapun Dr. Maskuri, M.Ed sebagai pembicara pertama dengan memaparkan materi “Peluang dan Tantangan Pesantren Muhammadiyah Pasca UU Pesantren”, Prof. Dr. Suparman Syukur MA sebagai pembicara kedua dengan materi “Mencari Model dan Sistem Pesantren Muhammadiyah Masa Depan” serta sebagai pembicara terakhir KH. Hakam Mubarak (Pengasuh Pondok Pesantren Paciran) dengan materi “Membangun Kemandirian Pesantren dan Pemberdayaan Masyarakat” dan Dr. Eny Winaryati, M.Pd sebagai moderatornya.

Loading

Leave a Reply