Semarang | Pemanfaatan teknologi tepat guna diperlukan untuk meningkatkan hasil produksi pertanian maupun mengoptimalkan kinerja petani. Tak terkecuali bagi petani bawang merah. Hal tersebut menjadi fokus tim mahasiswa BEM Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus) dalam Program Holistik Pembinaan dan Pemberdayaan Desa – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yakni dengan memperkenalkan mesin penyiraman semi otomatis alih teknologi sederhana bagi petani bawang merah. Program Holistik Pembinaan dan Pemberdayaan Desa sendiri merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh mahasiswa melalui Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan atau Badan Eksekutif Mahasiswa. Dan pada periode ini, tim dari BEM FMIPA Unimus memperoleh dana hibah sebesar 35 juta.

Hanung Unggul Prastawa (Ketua Tim PHP2D) menyatakan bahwa keterbatasan teknologi alat untuk membantu dalam proses produksi, menjadi kendala yang dihadapi petani. “Akibatnya meraka kesulitan mengembangkan pertanian bawang merah. Misalnya semua proses pemeliharaan bawang merah masih menggunakan metode manual dalam penyiraman. Demikian juga untuk membajak tanah juga masih menggunakan cangkul, karenanya hal tersebut mendorong tim kami memperkenalkan penyiraman semi otomatis dengan teknologi sederhana bagi petani bawang merah. “ jelasnya saat ditemui di kampus Unimus (12/10/2020).

Karakteristik pertanian bawang merah yakni adanya irigasi atau saluran air di setiap lajur penanaman. Air dari irigasi ini dimanfaatkan untuk penyiraman. Namun selama ini proses penyiraman tersebut masih dilakukan secara manual dengan menggunakan ember atau gayung. Persoalannya dengan cara manual tersebut waktu dibutuhkan cukup lama sekitar 8 jam penyiraman untuk luas lahan 500 meter persegi.

Cara kerjanya pun sederhana, yakni mesin pompa berparalon tersebut diletakkan mengapung di irigasi kecil, di sela-sela lahan tanaman bawang merah. Selanjutnya mesin berkekuatan 2.5 Paard Kracht (PK) yang dipasang akan menyedot air dan menyemprotkan ke kanan dan kiri melalui paralon modifikasi sehingga dapat menyirami bawang merah di dua lajur penanaman sekaligus. Dengan alat tersebut petani mampu menghemat tenaga karena waktu yang dibutuhkan hanya 3-4 jam penyiraman. Kebutuhan bahan bakar minyak hanya 2 liter solar untuk lahan seluas 500 meter persegi.

Penerapan teknologi tepat guna mesin penyiraman semi otomatis tersebut sudah dilakukan di kelompok tani Brambang Makmur Tlogorejo (BMT) di desa Tlogorejo, Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak. Dosen pembimbing tim mahasiswa PHP2D Unimus, Eko Yulianto, S.Pd, M.Pd menjelaskan bahwa masyarakat memberikan respon positif bahkan ada permintaan dari kelompok tani lain yang menginginkan mesin serupa. “Saya berharap penggunaan mesin tersebut bisa menjadi percontohan bagi petani bawang merah lainnya. untuk biaya relatif terjangkau sekitar 2.3 juta dengan biaya paling mahal untuk pembelian mesin pompa, “ terangnya.

 

Loading

Leave a Reply