Asst. Prof. Kornwipa Poonpon, Ph.D, Prof. Mangatur Nababan, Ph.D dan Mark Fifer Silhamer, Ph.D berfoto bersama Dekan FBBA sebelum acara

Semarang │(27/04/2019) Era revolusi industri 4.0 seperti sekarang, pemanfaatan teknologi menjadi suatu kebutuhan penting. Perlu dipersiapkan keterampilan era disrupsi terkait kompetensi pemecahan masalah, berpikir kritis, dan kreativitas. Inovasi teknologi dan kreativitas di era teknologi disrupsi dalam bahasa Inggris juga menjadi menjadi topik hangat dalam Konferensi Internasional 3rd English Language and Literature International Conference (ELLiC) bertajuk “Reimagining New Cyber-Based Research in English Education, Literature, Linguistics, and Translation“. Seminar internasional bahasa dan literatur bahasa Inggris yang ketiga tersebut sukses di gelar Fakultas Bahasa dan Budaya Asing (FBBA) Universitas Muhammadiyah Semarang di gedung NRC Unimus. Di hadiri oleh 150 participants dari 7 negara (Indonesia, Singapore, Thailand, Australia, Philipina, Malaysia dan Lybia)  ELLiC ke-tiga di gelar di gedung NRC Unimus pada Sabtu (27/04/2019). Third ELLiC menghadirkan plenary speaker Asst. Prof. Kornwipa Poonpon, Ph.D (Thailand), Prof. Mangatur Nababan, Ph.D (Indonesia) dan Asoc. Prof. Faizah Idrus, Ph.D. Hadir sebagai keynote speaker adalah Mark Fifer Silhamer, Ph.D dari Nanyang University Singapore.

Dekan FBBA Unimus Yesika Maya Oktarani., M.Hum pada saat membuka acara menyampaikan bahwa kolaborasi perlu dilakukan untuk mencari format terbaik dalam pembelajaran bahasa Inggris dikaitkan dengan revolusi industri 4.0 sehingga apa yang terjadi di dunia bisa kita bawa ke kelas, sehingga pembelajaran bahasa Inggris semakin kuat. “Di era revolusi industri semua harus peduli bahwa semua harus dihadapi, bumi menjadi mengecil karena segala yang terjadi di seluruh belahan dunia bisa kita ikuti termasuk dalam pembelajaran. Sebagai seorang ilmuwan bahasa, pengajar bertanggung jawab untuk bisa menyelaraskan pembelajaran yang ada di kelas dengan apa yang ada di dunia. Jangan sampai tertinggal informasi, harus bisa menyesuaikan dengan apa yang terjadi di dunia dan di bawa ke kelas dan mengelaborasikan pennggunaan berbagai sumber di dunia nyata dan dunia maya agar pembelajaran bahasa Inggris lebih efektif” paparnya.   Ditambahkan oleh Dr. Dodi Mulyadi selaku ketua panitia bahwa di era disrupsi pemanfaatan cyber technology tidak bisa dihindari yang mendorong pendidik, penerjemah dan peneliti untuk dapat bermigrasi dari manual ke elektronik atau memadukan keduanya. “Pemanfaatan cyber technology dan cyber akses merupakan konsekuensi education 4.0 dalam Pendidikan Bahasa Inggris, Sastra, linguistik, dan penerjemahan.  Cyber technology diaplikasikan untuk pengembangan bahasa Inggris dengan cara memilih  strategi / media yang tepat untuk mengajar, literasi dan terjemahan bahasa Inggris” tandasnya.

Prof. Mangatur Nababan, Ph.D memaparkan materinya

Prof. Kornwipa Poonpon, Ph.D sebagai pemateri pertama memaparkan tentang “Learner corpora and language testing and assessment: application and challenges”. Prof. Mangatur Nababan, Ph.D guru besar dari UNS selaku narasumber selanjutnya menyampaikan tentang “The applied of creative and critical thinking in translating”.  Sementara itu Asoc. Prof. Faizah Idrus, Ph.D sebagai pembicara ketiga menyajikan tentang  “Exploring cybernated storytelling via multimodal literacy”. Pemungkas sesi seminar, Mark Fifer Silhamer, Ph.D selaku keynote speaker menyampaikan topik “Use of technological tools to help students engage with the language that surrounds them”. Dikemukakan oleh Mark, bahasa pada rambu-rambu jalan, papan iklan, nama jalan, nama tempat, rambu toko komersial, dan rambu-rambu publik pada berbagai bangunan membentuk lanskap linguistik dari suatu wilayah. “Pembelajar bisa mengamati semua hal terkait penggunaan media dan teknologi di sekitar mereka untuk dapat berpikir kritis. Kita perlu mengalihkan dari yang biasanya bekerja apa adanya mejadi lebih mengamati apa yang terjadi di sekitar, apa saja makna tanda yang ada di sekitar kita sehingga lebih kritis dalam menyikapi berbagai hal “ papar pengajar Nanyang Technology University Singapore tersebut.

Asoc. Prof. Faizah Idrus, Ph.D dan Keynote speaker Mark Fifer Silhamer, Ph.D pada sesi diskusi

Usai sesi seminar, 120 peserta memaparkan artikel penelitiannya melaluisesi  oral presentasi. Konferensi Internasional ditutup rangkaian Semarang City Tour bagi presenter dari luar negeri dan luar Semarang bertujuan mengenalkan pariwisata dan budaya lokal. Terselenggaranya acara konferensi internasional ini diharapkan salah satu upaya internasionalisasi FBBA dalam mendukung kredo Universitas menjadi Universitas berwawasan internasional” papar Dekan FBBA di akhir acara. Konferensi Internasional ELLIC merupakan wujud internalisasi upaya Unimus untuk menjadi Universitas bermutu unggul yang mendunia.

Reportase UPT Humas dan Protokoler

Loading

Leave a Reply